HIKMAH PUASA ke – 12, Metafora Ramadhan dalam Surat Yusuf Oleh : Dr Supardi, SH., MH Kepala Kejaksaan Tinggi Riau Als. Rd Mahmud Sirnadirasa

بِسْمِ ه اللِّٰ الرَّحْمٰنِ بِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِِلرَّحِيْمِِ بِِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِلرَّحِيْمِِ بِِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِلرَّحِيْمِِ وَالصَّلََةِ وَِالسَّلََ مِ عَِِلَى محَمَّ دِ وَِاٰلِهِِ مَِعَِ اِلتَّسْلِيْمِِ وَِبِهِِ نَِسْتَعِيْ نِ فِِى تَِحْصِيْلِِ اِلْعِنَايَةِِ اِلْعَآمَّةِِ وَِالْهِدَايَةِِ اِلتَّآمَّةِ، آِِمِيْنَِ يَِا رَِبَِّ اِلْعَالَمِيْنَِ

 

Bismillãhirrahmãnirrahîm

Was-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

 

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

 

Sebagian fragmen dari kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salãm, bisa dianalogikan dengan keutamaan Ramadhan di banding bulan-bulan lainnya. Nabi Yusuf ‘alaihis salãm lebih dicintai Ayahnya, yakni Nabi Ya’kub ‘alaihis salãm, dibanding sebelas saudara lainnya sebagaimana tersirat dalam ayat berikut :

 

إِذِْ قَِال واِ لَِي و س فِ وَِأَ خوهِ أَِحَ بِ إِِلَىِ أَِِبِينَا مِِنَّا
وَِنَحْ نِ عصْبَةِ إِِنَِّ أَِبَانَا لَِفِي ضَِلََ لِ مبِي نِ ۞ِ

Ketika itu, saudara saudara Yusuf berkata:

Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita di banding diri kita, meskipun kita sangat banyak. Sungguh, Ayah kita itu berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Yusuf [12]: 8)

 

Kecintaan Nabi Ya’kub ‘alaihis salãm terhadap Nabi Yusuf dibanding saudara kandung lainnya, menurut Muhammad ibnu Husain, sama halnya dengan Ramadhan yang lebih dicintai Allah Subhãnahû wa Ta’ãlã dibanding bulan lainnya.

 

قَدِْ جَِِاءَ كمِْ شَِِهْ رِ رَِِمَضَانَِ شَِِهْ رِ مبَارَ كِ اِِفْتَرَضَِاِِللّٰ عَِِِلَيْ كمِْ صِِِيَامَهِ يِِ فْتَ حِ فِِِيهِِ أَِِبْوَا بِ اِِلْجَنَّةِِ وَِِي غْلَ قِ فِِِيهِِ أَِِبْوَا بِ اِِلْجَحِيمِِ وَِِت غَ لِ فِِِيهِِ اِِلشَّيَاطِي نِِِ

»ِِ رِواه اِحمد «ِ فِيهِِ لَِيْلَةِ خَِيْ رِ مِِنِْ أَِلْفِِ شَِهْ رِ

 

“Bulan Ramadan telah datang kepada kalian, bulan penuh berkah. Allah mewajibkan kalian berpuasa Ramadan. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibanding seribu bulan.” (HR. Ahmad)

 

Saat sebelas saudaranya memohon pada Nabi Yusuf ‘alaihis salãm agar memenuhi kebutuhan hidup mereka, yang waktu itu dilanda kelaparan, Nabi Yusuf ‘alaihis salãm sebagai pemimpin Mesir, mengabulkan permohonannya.

 

Nabi Yusuf ‘alaihis salãm memberikan mereka makan dan memenuhi perbekalan hidup lainnya.

 

وَلَمَّا جَِهَّزَه مِْ بِِجَهَازِهِمِْ قَِالَِ اِئْت ونِي بِِأخَ لَِِ كمِْ مِِنِْ أَِبِي كمِْ أَِلَِ تَِرَوْنَِ أَِن ي أِ وفِي اِلْكَيْلَِ وَِأَنَا خَِيْ رِ اِلْ منْزِلِينَِ ۞ِِ

Dan ketika Yusuf menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dia berkata “(jika kalian datang ke sini lagi), bawalah kepadaku saudara kalian yang seayah dengan kalian”.

 

Tidakkah kalian melihat bahwa aku telah memberikan (kepada kalian) takaran yang penuh dan telah menjadi tuan rumah yang terbaik?” (QS. Yusuf [12]:59 )

 

Nabi Yusuf ‘alaihis salãm yang membantu dan memenuhi kebutuhan sebelas saudaranya tersebut sama halnya dengan bulan Ramadhan yang menjadi pengganti kekurangan seorang hamba ketika tidak maksimal menjalankan kebaikan di sebelas bulan lainya.

 

Ramadhan menjadi bulan pelipatgandaan dan rapelan pahala, yang menjadi pelengkap ketidaksempurnaan seorang hamba dalam menjalankan ibadah di sebelas bulan lainnya.

 

Singkat kata, Ramadhan adalah kekhususan, keistimewaan.

 

ك لِ عَِِمَِلِِ اِِبْنِِ آِِدَمَِ يِِ ضَاعَ فِ اِِلْحَسَنَةِ عَِِشْ رِ أَِِمْثَالِهَا إِِِلَى سَِِبْعِِ مِِِائَةِِ ضِِِعْ فِ إِِِلَى مَِِا شَِِآءَِ اِِللّٰ قَِِِالَِ اِِللّٰ عَِِِزَِّ وَِِجَلَِّ إِِِلَِّ اِِلصَّوْمَِ فَِِإِنَّهِ لِِِي وَِِأَنَاِ

رِواه مِسلمِِِ «ِ أَجْزِي بِِهِِ يَِدَع طَِِعَامَهِ وَِشَهْوَتَهِ مِِنِْ أَِجْلِيِ

 

“Setiap kebaikan yang dilakukan manusia dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan semisal sampai tujuh ratus kali lipat,

Allah berfirman: ‘kecuali amalan puasa. Amalan puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia meninggalkan makanan dan syahwatnya karena-Ku’.” (HR. Muslim) Nabi Yusuf ‘alaihis salãm menghapus dendam, memberi maaf untuk sebelas saudaranya dan Allah Subhãnahû wa Ta’ãlã mengampuni mereka, meski waktu dulu mereka membuang Yusuf kecil ke Sumur

 

قَالَِ لَِِ تَِثْرِيبَِ عَِلَيْ ك مِ اِلْيَِوْمَِ يَِغْفِ رِ اِِللّٰ لَِِ كمِْ وَِه وَِ أَِرْحَ مِ اِلرَّاحِمِينَِ ۞ِ

 

“Yusuf berkata: pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Semoga Allah mengampuni kalian. Sebab Dialah yang paling penyayang di antara para penyayang”. (QS. Yusuf [12]: 93).

 

Pemberian maaf Nabi Yusuf kepada sebelas saudaranya tersebut dianalogikan dengan Ramadhan yang dijadikan khusus oleh Allah Subhãnahû wa Ta’ãlã sebagai bulan pengampunan, penuh berkah dan kebaikan, yang berbeda dengan sebelas bulan lainnya.

Dari dua belas anak, sebelas anaknya tidak mampu mengobati kesedihan, keburaman penglihatan Nabi Ya’kub ‘alaihis salãm karena kedukaan yang mendalam.

 

Hanyalah Yusuf yang mampu menghapus luka dan mengembalikan penglihatan sang ayah: Nabi Ya’kub ‘alaihis salãm.

 

اِذْهَب وْا بِِقَمِيْصِيِْ هَِذَا فَِألَْق وْهِ عَِلَىِ وَِِجْهِِ أَِبِيِْ يَِأْتِِ بَِصِيْرًا وَِأْت وْنِيِْ بِِأهَْلِ كمِْ أَِجْمَعِيْنَِ ۞ِ

 

“Pergi dan bawalah baju gamis milikku ini dan letakkanlah ia ke wajah ayahku, niscaya penglihatannya akan pulih kembali dan kemudian datanglah kepadaku bersama seluruh keluarga kalian.” (QS. Yusuf [12]: 93)

Nabi Yusuf ‘alaihis salãm sebagai pengobat satu-satunya luka yang diderita Nabi Ya’kub ‘alaihis salãm dianalogikan dengan Ramadhan sebagai bulan pengampunan dan kesempatan bagi hamba yang penuh dosa dengan bekal iman dan berharap hanya kepada Allah Subhãnahû wa Ta’ãlã untuk membasuh kesalahan yang sudah diperbuat di sebelas bulan lainnya.

عَنِْ أَِِبِيِْ هِِ رَيْرَةَِ رَِِضِيَِ اِِللّٰ عَِِنْهِ قَِِالَ: قِِالَِ رَِِ سو لِ اِِللِِّٰ صَِلَّى اِِللّٰ عَِِلَيْهِِ وَِِسَلَّمَِ :ِِ مَِِنِْ صَِِامَِ رَِِمَضَانَِ إِِيمَانًا وَِِاحْتِسَابًا غفِرَِ لَِِهِ مَِِا تَِِقَدَّمَِ مِِِنِِِْ

»ِِ رِواه اِلبخاري «ِ ذَنْبِهِِ

“Siapa pun orangnya yang berpuasa bulan Ramadhan dengan bekal keimanan dan berharap hanya kepada Allah, maka Allah mengampuni dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari) Wallãhu A‘lamu bish-Shawãb.

Pekanbaru Senin, 3 April 2023

 

idulfitri

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *