BAGANSIAPIAPI –kobkatimes com-yang mana rilisan berita ini dikutip dari pekanbarupos.co
Layaknya fenomena gunung es, orang dengan HIV AIDS (ODHA) di Rokan Hilir terus meningkat. Tahun ini tercatat 175 orang yang terinfeksi virus human immunodeficiency virus tersebut. Terjadi penambahan sekitar 37 kasus dari tahun sebelumnya. Bahkan sepanjang 2024 ini sebanyak 13 orang meninggal dunia.
Hal ini diungkapkan oleh kepala Dinas Kesehatan Afrida MKes melalui pemegang program HIV/ AIDS Berli Devi Yanti. AMK, Senin (2/12). Ia mengatakan, hal ini menjadi perhatian pihaknya. Jumlah tahun ini bahkan meningkat dari tahun sebelumnya.
“Untuk saat ini ODHA kita berjumlah 175 untuk Kabupaten Rokan Hilir sementara tahun lalu 138 orang. Setiap tahunnya ODHA kita meningkat dikarenakan fenomena gunung es, sehingga mata rantai yang sulit untuk diputuskan,” ungkapnya.
Untuk Kabupaten Rokan Hilir, kecamatan Bagan Sinembah tercatat sebagai daerah yang paling tinggi tinggi dan beresiko dalam peningkatan HIV /AIDS.
“Untuk di Rokan Hilir kita banyak menemukan di daerah Bagan Batu. Karena disana daerah perbatasan antara Rohil dan sumut,” terangnya.
Berli mengatakan, dari data yang pihaknya himpun penularan penyakit kelamin ini disebabkan oleh tertular dari pasangan. Bahkan lebih mengejutkannya lagi, anak anak di usia 15 tahun juga sudah terdeteksi terjangkit virus mematikan ini.
” Umur mendominasi umur 15 sampai umur 35. Ditahun 2024 ini sebanyak 13 orang meninggal dunia. Jumlah pasien laki laki yang lebih banyak. Usia 15 faktor pergaulan bebas. Apalagi sekarang anak anak bebas mengunakan smartphone tanpa pengawasan orang tua. Aplikasi terbaru terus bermunculan,” terangnya.
Hal ini tentunya menjadi perhatian serius pihaknya. Hingga upaya upaya pencegahan pun dilakukan agar anak anak di usia remaja tak lagi menjadi korban keganasan virus yang disebut sebut paling mematikan didunia ini.
“Sekarang semua layanan puskesmas udah ada promkes untuk penyuluhan disekolah tentang bahayanya penularan penyakit HIV AIDS setelah itu adanya kerjasama dengan pemerintah setempat dan di lintas sektor untuk mengupayakan peningkatan keamanan seperti memantau tempat tempat hiburan atau hotspot hotspot yang mendukung tempat berkumpulnya para remaja,” sebutnya.
Khusus kasus ini, upaya pencegahan kata Berli tak bisa hanya dilakukan pihaknya. Peran semua elemen cukup mendukung sukses tidaknya pencegahan dilakukan. Seperti lingkungan sekolah dan faktor utama adalah orang tua serta keluarga.
“Komunikasi orang tua terhadap anak anaknya agar terhindar dari bahaya mengancam masa depan anak-anak nya contoh sekarang banyak lelaki suka lelaki (LSL) namanya,” paparnya.
Selain fokus menekan dan memutus rantai penyebaran HIV AIDS pada remaja, Dinas kesehatan Rokan Hilir juga membuat berbagai terobosan dalam upaya pencegahan. Dibidang program HIV AIDS upaya pencegahan dilakukan secara ekstra. Seperti semua pasien harus dilakukan screening HIV/AIDS di semua layanan kesehatan.
“Kita sudah melakukan berbagai upaya agar mata rantai penyebaran virus ini bisa terputus. Diantaranya, setiap layanan di puskesmas dan rumah sakit tetap dilakukan screening (pemeriksaan awal, red) HIV pada ibu hamil. Kemudian memberikan pencegahan dan pengobatan bagi pasien yang ditemukan reaktif di semua layanan,” terangnya.
Tak sampai disitu saja, Berli menyebutkan pencegahan juga dilakukan dengan cara memberi edukasi kepada masyarakat tentang penularan HIV AIDS di semua layanan serta menyuarakan untuk tidak melakukan stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV\AIDS.