
Bagansiapiapi – 4 Agustus 2025 Dalam momentum kegiatan Revitalisasi Bahasa Melayu Riau yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rokan Hilir, penggiat budaya dan sastra, Atuk Aal Rahim Sekha, mengajak para penulis puisi Rokan Hilir untuk bergandeng tangan dalam sebuah gerakan menulis puisi berbahasa daerah.
Kegiatan yang menyasar guru-guru dan kepala sekolah tingkat SD dan SMP ini berlangsung pada 4 Agustus 2025 dan menjadi ruang penting bagi para pelaku pendidikan dan budaya untuk meneguhkan kembali eksistensi Bahasa Melayu Riau, khususnya dalam dialek dan nuansa lokal Rokan Hilir.
“Rokan Hilir punya sejarah sastra yang kuat. Kita pernah punya tokoh besar seperti SPN.H. Sudarno Mahyudin, yang dikenal sebagai sastrawan dan budayawan hebat di masanya,” ujar Aal Rahim Sekha di sela kegiatan.
Ia menegaskan bahwa sudah saatnya Rokan Hilir kembali mengangkat warisan sastra dan budaya lokal, terutama melalui jalur puisi berbahasa daerah. Menurutnya, puisi dapat menjadi media efektif untuk revitalisasi bahasa dan penguatan identitas kebudayaan Melayu Rokan Hilir.
Setelah kegiatan pelatihan, dalam bincang-bincangnya bersama penggiat seni M. Khudri Anwar di kediamannya, Aal Rahim Sekha juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas komunitas seni dan budaya yang selama ini sudah bergerak di wilayah Rokan Hilir.
Beberapa komunitas yang disebut seperti INNI Rohil, KSB Rumah Tua, Komunitas Anak Sungai Kec. Sinaboi, Sanggar BooBate, KSB Rumah Panggung Sakinah, hingga Bulan Biru Multivisual dinilai memiliki potensi besar untuk terlibat aktif dalam pelatihan dan penggalian sastra daerah.
“Menurut Pak Khudri, sebenarnya semangat itu ada, komunitasnya juga ada, dan dinas-dinas juga terbuka. Hanya saja untuk duduk bersama membicarakan hal ini belum bisa terlaksana karena kesibukan masing-masing,” tutur Khudri.
Aal Rahim Sekha pun berharap agar diskusi bersama ini bisa segera diwujudkan. Apalagi, menurutnya, ulang tahun Kabupaten Rokan Hilir yang akan segera tiba bisa dijadikan sebagai momen awal untuk memulai kegiatan kolaboratif ini.
“Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi?” pungkasnya penuh harap.(Diarto)