Saat Imam al-Ghazali Risau Terhadap Islam di Andalusia
Oleh : Dr Supardi SH MH
Kepala Kejaksaan Tinggi Riau
Als. Rd Mahmud Sirnadirasa
بِسْمِ ه اللِّٰ الرَّحْمٰنِ بِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِِلرَّحِيْمِِ
وَالصَّلََةِ وَِالسَّلََ مِ عَِِلَى محَمَّ دِ وَِاٰلِهِِ مَِعَِ اِلتَّسْلِيْمِِ وَِبِهِِ نَِسْتَعِيْ نِ فِِى تَِحْصِيْلِِ اِلْعِنَايَةِِ اِلْعَآمَّةِِ وَِالْهِدَايَةِِ اِلتَّآمَّةِ، آِِمِيْنَِ يَِا رَِبَِّ اِلْعَالَمِيْنَِ
Bismillãhirrahmãnirrahîm Was-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.
Sang Hujjatul Islam Imam Abdul Hamid Muhammad al-Ghazali atau yang dikenal Imam al-Ghazali adalah ulama yang tidak hanya seorang faqih, sufi, maupun filosof, tetapi juga seorang yang mempunyai perhatian serius terhadap kepemimpinan.
Baginya, seorang umara mempunyai tugas penting dalam memperhatikan kesejahteraan dan keamanan rakyatnya.
Apalagi saat itu kepemimpinan Islam tidak sedikit mendapat represi dari kelompok-kelompok lain demi kepentingan kekuasaan.
Seperti kondisi umat Islam di Andalusia. Sangat risau mendengar kekalahan dan penderitaan kaum Muslimin di Andalusia, Imam al-Ghazali (1058-1111 M) menulis surat kepada Raja Maghribi Yusuf Ibnu Tasyfin yang isinya cukup menggemparkan, sebagai berikut:
“Pilihlah salah satu di antara dua, memanggul senjata untuk menyelamatkan saudaramu-saudaramu di Andalusia atau engkau turun tahta untuk diserahkan kepada orang lain yang sanggup memenuhi kewajiban tersebut”
Isi surat dari penulis kitab Ihya’ Ulumiddin tersebut diungkap B. Wiwoho dalam buku karyanya Bertasawuf di Zaman Edan: Hidup Bersih, Sederhana, dan Mengabdi (2006). Sikap tegas al-Ghazali tentu tidak lepas dari konteks perjuangan Islam di Andalusia saat itu.
Kelemahan dalam kepemimpinan, konflik internal, dan kekuatan musuh yang semakin banyak adalah di antara sebab jatuhnya masa-masa kejayaan Islam di Andalusia.
Al-Ghazali sendiri merupakan salah seorang ulama masyhur yang hidup ketika Islam di Andalusia mencapai kejayaan emasnya. Tercatat ilmuwan-ilmuwan Muslim yang lahir dari kemajuan peradaban Islam di Spanyol, Ibnu Bajjah, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan lain-lain.
Kejayaan Islam di Andalusia tidak lepas dari perkembangan peradaban ilmu pengetahuan. Sejumlah displin ilmu dan berbagai teori yang ditemukan oleh para ilmuwan Muslim merupakan pintu masuk bagi perkembangan Islam di Barat, khususnya Eropa.
Namun, kepemimpinan yang lemah kerap menjadi faktor runtuhnya masa Islam. Meski demikian, ilmu pengetahuan yang dikembangkan ilmuwan-ilmuwan Muslim tetap masyhur meskipun saat ini masyarakat justru lebih banyak mengenal teori-teori pembaruan yang lahir dari para ilmuwan Barat.
Ketegasan al-Ghazali dalam merespon kepemimpinan Islam di Andalusia merupakan kegelisahan seorang ulama kepada umara-nya. Kritisnya Imam al-Ghazali tidak lebih dari perhatian dan kasih sayang kepada seorang pemimpin untuk tujuan yang lebih luas, kesejahteraan rakyatnya.
Seorang pemimpin wajib melindungi rakyatnya jika mereka dalam kondisi menderita sebab perang. Seperti yang dimaksud al-Ghazali dalam isi suratnya di atas. Mengenai rakyat, penguasa, dan ulama, al-Ghazali dalam kitab At-Tibbr al-Masbûk fî Nasîhat al-Mulûk atau Nasihat Bagi Penguasa menjelaskan bahwa watak dan perangai rakyat merupakan buah atau hasil dari watak dan perangai pemimpinnya. Sebab menurut al-Ghazali, keburukan yang dilakukan orang awam hanyalah meniru dan mengikuti perbuatan para pemimpinnya. Pemimpin di sini tidak hanya ditujukan kepada satu orang saja dalam pemerintahan, tetapi juga para pemangku kebijakan di segala sector.
Pekanbaru, Jumat (31/3/2023)